Sabtu, 26 Maret 2011

Gaun Merah Muda

Ada cerita nih abal abal tapi. Tapi gapapa deh dari pada ngga ngepost hehe.
Enjoy!

Suatu pagi yang cerah, di saat semua orang masih tertidur lelap. aku haya dapat memandangi ke arah luar. Rencananya hari ini aku dan keluarga ku akan pergi ke pantai untuk berlibur. Sambil menunggu semuanya terbangun, akupun mempersiapkan baju dan lain lain. Ku buka lemari lama ku, maklum semenjak kuliah aku tak pernah lagi berenang di pantai. Karena itu aku harus mencari baju renangku di lemari lama. Ku ambil satu persatu baju pada lemari lama. Tiba tiba ku temukan sebuah gaun merah muda. Tanpa kusadari air mataku jatuh pada gaun itu. Gaun merah muda itu adalah gaun kakaku, kakakku yang pintar, lembut, cantik, dan membanggakan. Ya, aku ingat hari itu, saat diriku masih berumur 10 tahun. Kami bertiga ibu, kakak dan aku akan menghadiri acara untuk selamatan kantor ayah. Hari itu adalah hari yang istimewa menurut kami, karena itu kami harus memakai baju yang cantik. Ibu mempunyai sebuah gaun cantik berwarna putih. Gaun itu memiliki pita dibelakanngnya, juga dihiasi oleh renda pada bawahnya. sangat cantik. Aku ingin sekali memakai baju itu, tapi aku juga mempunyai seorang kakak yang juga pasti ingin memakainya. Ibu memberinya kepada kakak, karena ukuran baju itu begitu besar untuk ukuran ku. Aku menangis dan merengek, aku ingin sekali baju itu. Aku ingin sekali memakai baju itu. Kakak pun mencoba baju itu, alangkah cantik nya ia saat itu. Diriku yang melihatnya sangat iri. Aku pun menangis kepada ibu agar membelikan satu lagi untukku, namun ibu berkata ibu mempunyai satu buah gaun lagi. Aku bersemangat melihatnya. Ibu memperlihatkannya. Tak seperti yang kubayangkan. Gaun itu jauh lebih jelek daripada gaun kakak, warnanya merah muda yang pudar. Hanya dihiasi pita kecil pada bagian depan. Aku tak suka baju itu aku marah kepada ibu dan kakak. Aku menginginkan gaun putih kakak. Ibu marah kepadaku karena ini. Namun tiba tiba, kakak dengan senyumnya yang cantik memberikan gaun itu kepadaku. Padahal aku tahu dia juga sangat ingin gaun itu. Tanpa mengucapkan apa apa aku langsung ambil pemberian kakak itu. Dan akhirnya kakak hanya memakai gaun merah muda yang kusam, saat kami berdua keluar darikamar. Kakak tetap terlihat sangat cantik dengan gaunnya, walaupun warnannya sudah pudar. Sedangakan aku meskipun memakai baju yangcantik terlihat jelek karena kebesaran dengan ukuran ku. Aku marah dengan kakak, aku berkata aku tak ingin mempunyai kakak lagi. Aku iri dengannya. Tanpa ku ketahui ternyata kakakku menangis saat itu. Namun aku hanyalah anak kecil yang polos yang tak mengerti apapun. Sampai pada acara, aku hanya terdiam. Kakakpun terlihat termenung. Ayah selalu memperkenalkan kami pada teman kerjanya, teman teman nya selalu memuji kakak dengan gaun merah muda itu sedangkan aku, hanya gaunku yang dipuji. Hari itu aku sangat membenci kakak, aku sangat tak suka denganya. Aku berlari keluar gedung berniat agar semua mencariku. Namun, yang mengejarku hanyalah kakak. Aku tak suka dengan ini. Aku berlari sejauh mungkin, sejauh yang kubisa. Namun aku lupa bahwa kakak memiliki penyakit jantung sejak kecil. Kakak tetap megejarku. Penyakitnya nya kambuh. Ia terjatuh di tengah jalan. Awalnya aku kira ia hanya main main, namun ketika kutunggu ia tak berkutik. Aku pun membawanya kembali, ibu dan ayah terkejut. Langsung mereka bawa ke rumah sakit. Ketika sampai kakak sudah sulit bernapas. Aku menunggu sampai malam, ayah menyuruh ku pulang. Akhirnya aku pulang diantar ibu. Saat aku tertidur, ibu kembali lagi ke rumah sakit. Esoknya saat ku terbangun, keadaaan rumah begitu sepi. Tak seperti biasanya. Ibu terlihat di dapur. Aku menanyakan keadaan kakak pada ibu. Namun ibu hanya terdiam. Saat itu peraasaaan ku campur aduk. Aku tak mengerti ini semua. Namun tiba tiba ibu memelukku erat, sangat erat. Seketika diriku menangis. Saat aku lihat ke ruang tamu banyak sekali orang berdatangan. Aku takut saat itu. Namun aku belum tau apa yang terjadi. Ibu memberi ku gaun merah muda kakak dengan di selipi surat kecil. Tanpa berpikir panjang aku langsung membukanya.

Untuk : Adikku... Adik termanis di dunia

Pernahkah kau tahu? Sekian lama aku menantikan kehadiran seorang adik. Selama 6 tahun lamanya aku menjadi anak tunggal dan sangat menginginkan seorang adik.

Adik yang manis tentunya.... Ya, sepertimu

Tahukah kamu? Aku sangat bahagia saat kau lahir ke dunia, saat ku mendengar tangismu pertama kali....aku sangat bahagia...sangat. telah lama aku kesepian...sendiri...

Tahukah kamu? Betapa sakitnya hatiku saat kau membenciku....

Saat kau pergi berlari menjauh dariku... Saat kau iri padaku....

Saat kau tidak menginginkan diriku....

Disini..... didadaku.... begitu sakit mendengarnya...

Tapi....apakah yang lebih membahagiankamu daripada melihatku pergi? Pergi untuk selamanya...

Jika itu yang membuatmu tersenyum?

”. Tak kusadari surat ituTerjatuh dari tanganku, airmata ku berjatuhan. Aku menahannya namun tak bisa. Aku sangat menyesal saat itu. Aku menyesal telah menyakiti hati kakak. Aku menyesal telah membuatnya menangis. Aku menyesal telah membuat nya jatuh tak berdaya. Aku menyesal telah sempat marah padanya. Aku menyesal. Namun apa boleh buat, itu hanyalah aku yang polos. Sampai sekarang hanya satu yang ku ingat darinya. Senyum manis terakhirnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar